Wahyupembebasan’s Blog

26 April 2010

Gerakan Massa Turun, Nasib Buruh SuramGerakan Massa Turun, Nasib Buruh Suram

Filed under: berita — wahyupembebasan @ 4:22 am

Sabtu, 24 April 2010 | 14:14 WIB

Semarang, Kompas – Sejalan berlakunya perdagangan bebas ASEAN-China, prospek buruh di Jawa Tengah semakin memburuk. Kondisi itu diperparah dengan kenyataan bahwa sepanjang triwulan I/2010, sebanyak 34 aksi unjuk rasa buruh ternyata tidak didukung organisasi atau serikat buruh yang solid.

“Praktik upah murah, pengurangan volume ekspor, serta maraknya pemutusan hubungan kerja terhadap buruh di Jateng makin tidak terdeteksi, setelah banyak aktivis buruh yang dulu lantang kini kehilangan basis massa,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Wahyu Sosial (YAWAS) Khotib Sunhaji saat memaparkan laporan perkembangan buruh di Jateng, Jumat (23/4), di Semarang.

Khotib mengatakan, selama periode Januari-Maret, ternyata buruh di sektor perkayuan dan sektor tekstil kehilangan kendali perjuangannya. Terbukti, keluhan buruh di sektor tekstil dan perkayuan yang memperoleh upah rendah tidak lagi terdengar, padahal kegiatan perjuangan buruh kedua sektor itu sebelumnya gencar.

Upah buruk di sektor tekstil dan perkayuan di Kota Semarang, menurut Karyono, pekerja di pabrik tekstil di Mranggen, Demak, tidak lebih Rp 835.500 per bulan. Rendahnya upah buruk di kedua sektor ini makin memprihatinkan mengingat sektor ini paling terkena gempuran perdagangan bebas ASEAN-China.

Khotib Sunhaji menyampaikan, menurut kajian YAWAS, kondisi buruh di kedua sektor ini pun makin tidak terkontrol. Praktik PHK sulit diawasi setelah mata rantai aktivis buruh mulai meninggalkan basis kontrol pengusaha di pabrik-pabrik.

“Kelemahan kontrol aktivis terhadap nasib buruh makin sulit setelah instansi tidak lagi mengeluarkan daftar rincian buruh tetap di Jateng. Celakanya, jumlah serikat buruh yang benar-benar memperjuangkan nasib buruh juga mulai rontok di pabrik-pabrik yang beroperasi sekarang ini,” kata Khotib.

Kota-kota yang mengalami penurunan kegiatan memperjuangkan buruh hampir merata, mulai di Semarang, Solo, Jepara, Kudus, serta Karanganyar. Solo yang terkenal sebagai kota industri baru setelah Semarang tercatat hanya terjadi lima kali untuk rasa dan pesertanya pun kurang lebih 21 orang.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Tengah Djoko Wahyudi menyatakan, harus diakui upah yang diterima buruh di Jateng masih paling rendah dibanding provinsi lain di Jawa. Namun, dari segi perkembangan investasi, Jateng paling kondusif sehingga era perdagangan bebas ASEAN-China mendorong pengusaha China merelokasi industrinya ke Jateng, seperti sepatu dan elektronika. (WHO)

bisa dilihat juga di :

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/24/14142184/Gerakan.Massa.Turun..Nasib.Buruh.Suram

Tinggalkan sebuah Komentar »

Belum ada komentar.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.